“Kartini Muda, Tangguh, Mandiri, dan Kreatif”
Setiap tanggal 21 April bangsa Indonesia memeringati Hari Kartini untuk menghormati perjuangan seorang pahlawan nasional, Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara 21 April 1879. 21 April tidak sekadar sebagai pengingat dedikasi Kartini dalam memperjuangkan hak-hak wanita, tetapi sebagai bentuk perenungan tentang visi yang memengaruhi dan menginspirasi bangsa Indonesia. Tema nasional Hari Kartini yang diusung secara nasional adala “Inspirasi Perempuan Indonesia di Era Modern”, relevansi nilai-nilai yang dianut Kartini akan berdampak positif di tengah kemajuan teknologi dan transformasi digital. Semakin banyaknya kaum wanita yang semakin memperlihatkan performnya dalam berbagai bidang seperti pendidikan, bisnis, seni, politik, dan masih banyak lagi.
Senin (22/4) MA Negeri 3 Malang memeringati Hari Kartini sebagai bentuk apresiasi, penanaman karakteristik nasionalisme, dan penerapan pokok-pokok pikiran dan spirit RA Kartini. Zainul Musafak dalam sambutannya mengemukakan bahwa peringatan ini jangan hanya mengenai ‘sosok’ tapi juga ‘pokok’. Bagaimana Kartini sebagai spirit ‘ada’ dan ‘mewujud’ dalam pikiran dan tindakan generasi muda masa kini. Tidak lupa, beliau juga berpesan bahwa jauh sebelum Kartini, 14 abad sebelumnya telah mengemuka sosok-sosok wanita yang cerdas dan hebat. Zaman Rasulullah terdapat lebih dari 700 sahabat dari kalangan wanita yang meriwayatkan hadis, tidak hanya memelajari agama namun ada yang berbisnis, berpolitik, hingga berperang. Banyak kisah dan kiprah wanita-wanita cerdas yang kisahnya menjadi ‘alasan’ turunnya ayat Al-Qur’an, hal inilah yang seharusnya juga dipelajari dan dicari bentuk hikmah oleh generasi muslim agar tidak kehilangan identitas religi.
“Kartini merupakan fenomena kemanusiaan wanita. Kartini seorang yang kritis, pembelajar, dan mempunyai kepekaan sosial. Ada 3 poin penting, dalam peringatan ini, yaitu tentang ketauhidan sebagai pondasi utama, menjunjung tinggi nilai kesetaraan, dan mengembangkan sikap ilmiah”, Esa Candra selaku PKM Kesiswaan menambahkan.
OSIM MA Negeri 3 Malang dengan ketua kegiatan peringatan Hari Kartini yaitu Ageng Fasya yang dibantu oleh Sheisarya, Alvinda, Marcelia, Angguna, Wilda, dan anggota OSIM lainnya menggelar kemeriahan dengan mengadakan berbagai even yaitu pemilihan Duta MA Negeri 3 Malang dan lukis batik. Pemilihan Duta MA Negeri 3 Malang diikuti oleh perwakilan dari semua kelas X dan XI. Adapun pesertanya adalah:
X1: Ardan Amadhan & Dina Nabilah
X2: Alfalfa dan Nabila Eka
X3: Ovian dan Melia
X4; Dito Aditya dan Khaila Meilanie
X5: Dafa Sunandar dan Olivia Ayunda
X6: Alfin Sya’bana dan Najwa Aulia
XI1: Excel Daffa dan Rabella Jefita
XI2: Angga Pratama dan Anggun Setia
XI3: Muwafaq Iqbal dan Vania Raissa
XI4: Davicho Agatha dan Fayola Naora
XI5: Moch. Mayco dan Rheyggina Puthree
XI6: Andri Suko dan Ayu Andira
Mekanisme pemilihan Duta MA Negeri 3 Malang yang diadakan di doom masuk secara beriringan dengan panitia, selanjutnya menampilkan busana dan gaya busana yang mereka pakai dengan cara berjalan ala-ala catwalk. Berikutnya adalah perkenalan dan menjawab pertanyaan dari juri yaitu AS Mukhlis dan Yeni Safitri dengan tema materi Ipoleksosbudhankam, yaitu tentang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan di Indonesia. Hal yang berkesan yaitu ketika setiap pasangan dari masing-masing peserta Duta MA Negeri 3 Malang menampilkan bakat atau talenta masing-masing. Ada yang menunjukkan skill pencak silat, bernyanyi, menari, berpuisi, dan qiraah. Adapun kriteria penilaiannya terbagi menjadi tiga, yaitu kriteria satu adalah Catwalk dengan penilaian ekspresi, cara jalan, dan pakaian. Kriteria kedua yaitu public speaking yang meliputi bahasa, kelancaran, dan bobot. Kriteria ketiga adalah bakat, dengan kemahiran, penampilan, dan penjiwaan sebagai kriteria penilaian. Kedua juri tampak begitu kesulitan dalam menentukan pemenang Duta MA Negeri 3 Malang, karena masing-masing pasangan peserta memiliki kelebihan bakat masing-masing yang ditunjukkan.
“Wah..sangat sulit sekali menentukan juaranya. Pakaian yang dikenakan bagus-bagus, cara menjawab juga sangat lancar dan berbobot, serta bakat yang ditampilkan sangat unik dan memukau. Sehingga kami dari tim juri, sampai harus bolak-balik melihat live youtube-nya untuk mereview kembali”, ungkap Yeni Safitri.
Pemenang untuk Duta MA Negeri 3 Malang melalui keputusan juri dengan berbagai pertimbangan dan penilaian yang objektif menentukan pemenangnya adalah
- Ardan Amadhan Sukadianto (Duta MAN 3 MALANG)
- Rabella Jefita Windiany (Duta MAN 3 MALANG)
- Excel Daffa Afrizal (Duta Favorite MAN 3 MALANG)
- Fayola Naora Verga P.W (Duta Genre MAN 3 MALANG)
- Davicho Agatha Delavega (Duta Literasi MAN 3 MALANG)
- Nabila Eka Wahyu O (Duta Lingkungan MAN 3 MALANG)
Kemeriahan juga terlihat pada lomba lukis batik, yang diikuti oleh: Gisca A, Yaya Indah , Bunga Selia, Rizki Fremly, Bagus, M Raffi, Zainul M, Puput, dan Delia Elenka. Lomba lukis batik yang diadakan di ruang kelas XII IPS 3 bertema “Kekhasan MA Negeri 3 Malang” dengan juri Nur Hadi dan Didik … Pada lomba lukis batik dengan kriteria penilaian deskripsi konten, kesesuaian tema, kreativitas, dan keindahan juri memutuskan bahwa pemenangnya adalah Rizki Fremly sebagai juara I dan Yaya Indah sebagai juara II.
Sebuah interpretasi dari Ahmad Khoiri: Siti Hajar, Siti Hawa, Siti Khadijah, Siti Aisyah, Siti Maryam, Fatimah Az Zahra, Nusaibah, dan lainnya merupakan sejarah peradaban Islam yang telah berkiprah dan menunjukkan peran pentingnya sebagai wanita yang tidak hanya berparas rupawan tetapi juga berperangai yang menawan. Tjut Nyak Dien, Tjut Meutia, Dewi Sartika, RA Kartini, Fatmawati, Nyi Ageng Serang, juga wanita-wanita pejuang lainya yang memiliki nasionalisme kebangsaan yang terus menjadi inspirasi untuk mengembangkan diri. Emansipasi bukan sekadar berekspresi atau menuntut kesetaraan gender, tetapi berperan hebat dalam peran masing-masing sebagai muslimahsecara islami dan kodrati.
“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang -orang setengah eropa atau orang-orang jawa yang kebarat-baratan”(Surat Kartini,Kepada Nyonya Abendanon,10 Juni 1902).
“Dan saya menjawab, tidak ada Tuhan kecuali Allah dan kami mengatakan bahwa kami beriman kepada Allah dan kami tetap beriman kepadaNya. Kami hanya mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia.”(Surat Kartini,Kepada Nyonya Abendanon,12 Oktober 1902). (kutipan dari buku kumpulan surat RA Kartini “Door Duwistermis Tox Licht”
Interpretasi berikutnya, perjuangan RA Kartini dengan dilandasi keimanan dan pengetahuan yang luas dan kuat harus terus menjadi inspirasi, proses dari kegelapan menuju cahaya yang sampai hari ini terhalang atmosfir tradisi jahiliyah, westernisasi, dan era teknologi. Minadz dzulumaati ilan nuur..habis gelap terbitlah terang.
Selamat Hari Kartini! untuk wanita-wanita Indonesia yang hebat, yang terus menjalankan peran masing-masing dengan penuh dedikasi dan bertanggung jawab. (jOe)
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…